http://khoirul-marzuky.blogspot.co.id/2015/03/mendeteksi-kandungan-boraks-formalin-pada-kerupuk.html
Zulharmita A. 1995. Kandungan Boraks
pada Makanan Jenis Mie yang Beredar di Kotamadya Padang : Cermin Dunia
Kedokteran. Padang Universitas Andalas.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan makanan
juga semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan muncul berbagai produk makanan
dengan berbagai variasi agar lebih awet, menarik dan menguntungkan. Namun
dewasa ini sering ditemukan berbagai produk makanan yang diberi bahan tambahan
berupa bahan penyedap, pewarna dan pengawet yang berbahaya.
Sudah
tidak asing lagi dugaan adanya kandungan pewarna tekstil, formalin dan boraks
dalam beberapa produk makanan terutama jajanan ringan yang dijajakan di pinggir
jalan atau di sekolah -sekolah. Bakso, sosis, tempora merupakan sebagian
jajanan yang sering ditambahkan boraks untuk mengenyalkan dan membuat warnanya
lebih bersih. Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BP-OM) sering melakukan sidak
ke berbagai tempat dan menemukan beberapa makanan yang diberi bahan tambahan
boraks.
Boraks
merupakan bahan yang dikenal untuk industri farmasi sebagai ramuan obat
misalnya salep, bedak, larutan kompre s, obat oles mulut dan obat pencuci mata.
Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembersih, pengawet kayu dan
antiseptik kayu. Jika boraks terdapat pada makanan maka dalam jangka waktu yang
lama akan menumpuk pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah
yang banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan
berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia,
kejang, pingsan bahkan kematian (Saeful Karim, 2008).
Berbahayanya
boraks bagi tubuh manusia sudah banyak diketahui oleh masyarakat umum, namun
demikian belum banyak masyarakat yang mengetahui cara mendeteksi boraks dalam
makanan. Kebanyakan untuk mengetahui kandungan boraks dalam makanan dilakukan
melalui uji labolatorium oleh praktisi akademis. Untuk itu perlu dilakukan
upaya penelitian mendeteksi kandungan boraks dalam makanan yang lebih
sederhana, mudah dan dapat dilakukan secara langsung oleh semua kalangan
masyarakat .
Kunyit
merupakan salah satu bahan pewarna alami makanan. Kunyit juga dapat menyebabkan
perubahan warna jika dicampur dengan zat -zat tertentu seperti lemak dan
minyak. Namun apakah kunyit dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan boraks
dalam makanan perlu dilakukan pengujian.
Untuk
lebih mengetahui lebih jauh mengenai boraks dan formalin kami ingin memberitahu
kepada masyarakat penelitian kami dengan judul “Analisis Uji Boraks dan
Formalin pada Produk Kerupuk di Wilayah Kec. Kabun, Kec. Tandun, dan Kec.
Tapung Hulu”
1.2 Rumusan Penelitian
1.2.1
Apa
kandungan di dalam boraks?
1.2.2
Bagaimana
cara mendeteksi keberadaan boraks didalam kerupuk?
1.2.3
Bagaimana
cara mengurangi pemakaian boraks pada masyarakat?
1.2.4
Apakah
formalin itu ?
1.2.5
Apakah
Dampak makanan yang mengandung formalin bagi kesehatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Mendeskripsikan
kandungan di dalam boraks
1.3.2
Mendeskripsikan
cara mendeteksi keberadaan boraks di dalam kerupuk
1.3.3
Mendeskripsikan
cara mengurangi pemakaian boraks pada masyarakat
1.3.4
Mendeskripsikan
pengertian formalin
1.3.5
Menjelaskan
dampak makanan yang mengandung formalin bagi kesehatan
1.4 Metode Penelitian
Metode
penelitian yang kami digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah percobaan
dan hasil uji laboratorium SMA Negeri 1 Tandun.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebagai sumber informasi tentang bahaya
boraks kepada pembaca, masyarakat khususnya masyarakat Kabun, Tandun,Tapung
Hulu dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Tandun.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Boraks
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia
natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika
terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993).
Senyawa-senyawa asam borat ini
mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur sekitar 171oC.
Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%,
dan tidak larut dalam eter
atau alkohol PH : 9,5. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu
molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam
alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus
kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak
manis (Khamid, 2006).
Boraks atau Natrium tetraborat memiliki
berat molekul 381,37. Rumus molekul Na2B4O7.10H2O.
Pemeriannya berupa hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar di
udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Kelarutan
boraks yaitu larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih dan dalam
gliserin; tidak larut dalam etanol (Ditjen POM, 1995).
Natrium tetraborat mengandung sejumlah
Na2B4O7 yang setara dengan tidak kurang dari
99,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % Na2B4O7.10H2O.
Larutan boraks bersifat basa terhadap fenolftalein, mudah larut dalan air
mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Ditjen POM 1995).
Baik boraks ataupun asam borat memiliki
khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan
kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan
sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu
(Khamid, 2006).
Asam borat dapat dibuat dengan
menambahkan asam sulfat atau klorida pada boraks. Larutannya dalam air (3%)
digunakan sebagai obat cuci mata yang dikenal sebagai boorwater. Asam borat
juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi
bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada bekas luka luas, karena
beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks
sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan
untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen,
siomay, lontong, ketupat,
pangsit dan kerupuk. Selain
bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi
lebih kenyal, padat dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).
Seringnya mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam,
apatis, sianosis, tekanan darah turun, anurina (tidak terbentuknya urin),
kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian (Ratih Mayangsari, 2015).
2.2 Formalin
Formalin adalah
larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa di gunakan untuk
mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin merupakan bahan
kimia yang disalah gunakan pada pengawetan tahu, mie basah, dan bakso (Djoko,
2006).
Formaldehid
(HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu
kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk)
dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut
dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986).
Formalin sudah
sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara
benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai
antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni
pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai
serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya
digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering
digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum,
pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai
bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang sangat
kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen
seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat
sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).
Produsen sering
kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan
tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi
konsumen yang memakannya. peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus
dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui
hirupan (Yuliarti, 2007).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1
Tempat Penelitian
Laboratorium IPA SMA
Negeri 1 Tandun.
3.1.2 Waktu
Penelitian
v Senin,
23 Maret 2015, pukul 12:50 WIB – 13:10 WIB
v Kamis,
26 Maret 2015 pukul 10:15 WIB – 13:50 WIB
3.2
Alat dan Bahan yang Digunakan
v Tabung
Reaksi
v Erlenmeyer
v Pipet
Tetes
v Kertas
Saring
v Lumpang
Alu (Mortar)
v Larutan
KMnO4
v Ekstrak
Kunyit
v Berbagai
jenis Kerupuk (Opak Ubi, Kerupuk Ikan Tenggiri, Kerupuk Udang, Kerupuk Merah,
Kerupuk Tempe, Kerupuk Putih, Kerupuk Ikan, Kerupuk Sayur, Kerupuk Singkong,
Kerupuk Nasi)
3.3
Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan
larutan KMnO4 0,05 M dengan 100 ml air.
1. Larutkan
kedalam gelas kimia berisi 100ml air suling.
2. Tutup
gelasnya dan panaskan didalam pemanas air selama 10 sampai 15 menit. Simpan
larutan dalam keadaan tertutup selama semalam.
3. Saring
larutan menggunakan saringan kaca kedalam botol kaca yang gelap/coklat bertutup
kaca.
3.3.2
Tes uji kandungan formalin
1. Hancurkan
kerupuk yang akan di uji dengan menggunakan mortar. Kemudian beri 30ml air
sedikit demi sedikit dan aduklah sehingga berbentuk larutan.
2. Masing
masing larutan kerupuk disaring dan diambil ekstraknya 2ml lalu masukkan pada
tabung reaksi.
3. Teteskan
pereaksi KMnO4 masing masing
satu tetes.
4. Amatilah
perubahan yang terjadi.
5. Jika
warna pink dari KMnO4 hilang maka kerupuk yang di uji menunjukkan
adanya kandungan formalin.
3.3.3
Tes uji kandungan boraks
1. Haluskan kunyit dengan menambahkan air sedikit
demi sedikit hingga ± 50ml air dalam lumpang, kemudian ambil ekstraknya.
2. Hancurkan
kerupuk yang ingin di uji dengan menggunakan mortar. Kemudian beri 10ml air
sedikit demi sedikit hingga membentuk larutan.
3. Isilah
tabung reaksi masing-masing dengan larutan kerupuk setinggi ± 1cm.
4. Tetesilah
dengan ekstak kunyit sebanyak 5 tetes , tunggu hingga 5 menit.
5. Amatilah
perubahan yang terjadi.
6. Jika
larutan berubah warna menjadi merah kecoklatan maka kerupuk mengandung boraks.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN\
4.1 Boraks
Sampel kerupuk yang
terdeteksi boraks jika di uji dengan ekstrak kunyit (ekstrak kunyit 5 tetes dan
ekstrak kerupuk setinggi 1 cm pada tabung reaksi) maka akan berubah warna
menjadi merah kecoklatan.
No
|
Kecamatan
|
Daerah
|
Jenis
Kerupuk
|
Perubahan
Warna
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1
|
Kabun
|
Padasa
|
Kerupuk
Putih
|
Putih
|
Kuning
|
2
|
Tandun
|
Desa
Tandun
|
Kerupuk
Tempe
|
Kuning
Muda
|
Kuning
|
Desa
Kumain
|
Kerupuk
Ikan
|
Putih
|
Kuning
|
||
Kerupuk
Sayur
|
Kuning
Muda
|
Kuning
Keemasan
|
|||
Kerupuk
Singkong
|
Putih
|
Kuning
|
|||
Kerupuk Nasi
|
Putih
|
Coklat
|
|||
3
|
Tapung
Hulu
|
Tamora
|
Kerupuk
Merah
|
Merah
|
Kuning
|
Terantam
|
Opak
Ubi
|
Kuning
|
Kuning
Keemasan
|
||
Kerupuk
Ikan Tenggiri
|
Putih
|
Kuning
Keemasan
|
|||
Kerupuk
Udang
|
Orange
|
Orange
|
4.2 Formalin
Sampel Kerupuk yang terdeteksi
Formalin jika di uji dengan 100 ml air suling ditambah dengan KMnO4+
0,05 M (Larutan KMnO4+ sebanyak 1 tetes dan ekstrak
kerupuk yang akan diuji sebanyak 2 ml) maka akan menghilangkan warna Merah jambu dari KMnO4+.
No
|
Kecamatan
|
Daerah
|
Jenis
Kerupuk
|
Perubahan
Warna
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1
|
Kabun
|
Padasa
|
Kerupuk
Putih
|
Putih
|
Merah
Jambu
|
2
|
Tandun
|
Desa
Tandun
|
Kerupuk Tempe
|
Kuning Muda
|
Kuning
|
Desa
Kumain
|
Kerupuk Ikan
|
Putih
|
Merah Kecoklatan
|
||
Kerupuk Sayur
|
Kuning Muda
|
Kuning
|
|||
Kerupuk Singkong
|
Putih
|
Putih
|
|||
Kerupuk Nasi
|
Putih
|
Kuning Keruh
|
|||
3
|
Tapung
hulu
|
Tamora
|
Kerupuk Merah
|
Merah
|
Merah Jambu
|
Terantam
|
Opak
Ubi
|
Kuning
|
Merah Jambu Kekuning-kuningan
|
||
Kerupuk Ikan Tenggiri
|
Putih
|
Kuning Kecoklatan
|
|||
Kerupuk
Udang
|
Orange
|
Merah
Jambu
|
4.3 Data Hasil Keseluruhan Pengamatan
No
|
Kecamatan
|
Daerah
|
Jenis
Kerupuk
|
Boraks
|
Formalin
|
||
Positif
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
||||
1
|
Kabun
|
Padasa
|
Kerupuk
Putih
|
√
|
√
|
||
2
|
Tandun
|
Desa
Tandun
|
Kerupuk
Tempe
|
√
|
√
|
||
Desa
Kumain
|
Kerupuk
Ikan
|
√
|
√
|
||||
Kerupuk
Sayur
|
√
|
√
|
|||||
Kerupuk
Singkong
|
√
|
√
|
|||||
Kerupuk
Nasi
|
√
|
√
|
|||||
3
|
Tapung
Hulu
|
Tamora
|
Kerupuk
Merah
|
√
|
√
|
||
Terantam
|
Opak
Ubi
|
√
|
√
|
||||
Kerupuk
Ikan Tenggiri
|
√
|
√
|
|||||
Kerupuk
Udang
|
√
|
√
|
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
data-data yang berhasil kami himpun dan penelitian yang kami lakukan, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Boraks
adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7).
berbentuk padat
(biasanya seperti garam), jika terlarut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
2. Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa
di gunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat dan sangat
mudah larut didalam eter atau alkohol.
3. Kerupuk
yang mengandung boraks adalah kerupuk yang jika ekstraknya di campurkan dengan
ekstrak kunyit akan menghasilkan warna merah kecoklatan.
4. Kerupuk
yang mengandung formalin adalah jika larutan KMnO4+ di teteskan
pada ekstrak kerupuk dan menghilangkan warna pink dari larutan KMnO4+
tersebut.
5. Dari
berbagai kerupuk yang kami teliti, kerupuk yang mengandung boraks adalah
Kerupuk Nasi.
6. Kerupuk
yang mengandung formalin adalah Kerupuk Tempe, Kerupuk Ikan, Kerupuk Sayur,
Kerupuk Nasi, Kerupuk Singkong, Opak Ubi, Kerupuk Merah dan Kerupuk Ikan
Tenggiri.
5.2 Saran
Setelah
melakukan penelitian kami memiliki saran agar masyarakat Kabun, Tandun, Desa
Kumain, Tamora, Terantam dan pembaca supaya lebih berhati-hati dalam
mengkonsumsi makanan seperti kerupuk di kehidupan sehari-hari karena makanan
yang mengandung boraks maupun formalin
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti : menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal, demam, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, anurina (tidak terbentuknya urin), pingsan, peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan),
terganggunya peredaran darah, hingga
kematian. Dan bagi para pedagang di himbau supaya tidak menggunakan bahan
pengawet dan bahan pengembang berbahaya seperti boraks dan formalin.
DAFTAR
RUJUKAN
Adawyah, R.
2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Astawan, M.
1999. Membuat mie dan Bihun. Jakarta : Penebar Swadaya.
Balai Besar
POM. 2007. Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan. Medan.
British
Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London:
Medicines
and Healthcare
Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788.
BSNI. 1998. SNI
01-3142-1998 : Syarat Mutu Tahu. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional
Indonesia.
Cahyadi, W.
2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :
Penerbit Bumi Aksara.
Clarke, E. G.
C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s Analysis of
Drugs and Poisons. London : Pharmaceu tical Press.
Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan : Jakarta.
Djarijah, A.S.
1995. Pakan ikan alami . Yogyakarta : Kanisius.
Helrich, K.C.,
(ed), 1990, Official Methods of Analysis Association of Official Analytical
Chemist (AOAC) 15th Ed., 780-781, Association of Official Analytical
Chemicts Inc, USA.
Kastyanto,
F.W.1999. Membuat Tahu. Jakarta : Penebaran Swadaya.
Khamid, 1993.
Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Kompas
Khamid, I.R.
2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Sarwono,S dan
Saragih Y.P.2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta : Penebar Swadaya.
Shurtleff W,
Aoyagi A. 2001. Tofu and Soymilk Producton, The Book of Tofu Vol II. Lafayete:
Soyinfo Center.
United State
Pharmacopeia. 1990. USP 29-NF 24. Rockville.
Vepriati,N.
2007. Surveilans Bahan Berbahaya pada Makanan di Kabupaten Kulon
Progo. Kulon Progo : Dinkes Kulon Progo.
Widyaningsih,
D.T., Murtini, E.S. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Surabaya : Trubus Agriarana.
Winarno F.G,
Rahayu TS. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta:
Pustaka Sinar.

Arisworo.
Djoko. 2006. Ipa terpadu. Grafindo
media pratama.
Didinkaem,
2007. Bahan beracun lain dalam makanan.
Pikiran Rakyat, 26 Januari
Moffat, A. C. (1986). Clarke’s
Isolation and Identification of Drugs. Edisi 2. London. The Pharmaceutical Press. Hal. 420-421, 457-458,
849, 932-933.Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003
Saparinto.,
Cahyo. 2006. Bahan tambahan pangan.
Kanisius. Yogyakarta
Yuliarti, N. 2007. Awas!
Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta.
http://www.pom.go.id/index.php/subsite/balai/palangkaraya/18/tips/17 Diakses pada hari Minggu 21 April
2013 pukul 20.00 WITA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bakso Diakses pada hari Minggu 21 April
2013 pukul 20.00 WITA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Siomai Diakses pada hari Minggu 21 April
2013 pukul 20.00 WITA.
http://www.beritaterhangat.net/2012/12/resep-dan-cara-membuat-bakso-sapi.html Diakses pada hari Selasa 23 April
2013 pukul 10.00 WITA.
http://fazriyati.wordpress.com/2011/10/26/pengertian-cara-membuat-bakso-asuh-aman-sehat-utuh-dan-halal/ Diakses pada hari Selasa 23 April
2013 pukul 10.00 WITA.
http://eramutzz.blogspot.com/Diakses pada hari Rabu 24 April 2013
pukul 20.00 WITA.
http://www.kesmas-unsoed.info/2010/12/laporan-praktikum-borak.htmlDiakses pada hari Rabu 24 April 2013
pukul 20.00 WITA.
Komentar
Posting Komentar