makalah
Persoalan
hadis palsu
Oleh : Kelompok 8
Khoirul Marzuki
Hsb
Doriani
Siregar
Eva
Yana
Prodi PGMI 1-B
Mata Kuliah : Ulumul
Hadis
Dosen Pengampu : Arfin Hasibuan, M.Pd.I
Sekolah Tinggi
Agama Islam
Barumun Raya Sibuhuan
JL.
KH. DEWANTARA NO.66 SIBUHUAN
T.A. 2016/2017
KATA
PENGANTAR
الرَّحِيمِ الرَّحْمنِ اللهِ
بِسْمِ
Assallamualikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hadis
Palsu (Hadis Maudhu’)” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
di rencanakan. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas bapak Arfin Hasibuan, M.Pd.I.
Sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga. Amin.
Di dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun berkat bantuan
yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta dengan usaha yang maksimal sesuai
kemampuan kami, akhirnya makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.
Kami menyadari
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isi
maupun tata cara penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Sibuhuan,
01 Oktober 2016
Pemakalah
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian
Hadist Palsu................................................................................ 2
B. Sejarah
Munculnya Hadist Palsu.................................................................. 2
C. Sebab-Sebab
Terjadinya Pemalsuan Hadist.................................................. 3
D. Usaha
Ulama dalam Menanggulangi Hadist Palsu....................................... 8
E. Ciri-Ciri
Hadist Palsu.................................................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................... 10
A. Kesimpulan................................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................................. 11
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Segala
sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, sifat maupun taqrirnya disebut dengan Hadis. Hadis merupakan salah
satu dari dua peninggalan pusaka Nabi (Al-Qur’an dan Hadis)[1]. Banyak macam-macam Hadis seperti
Hadis Sahih, Hasan, Da’if dan lain-lain. Hadis Da’if merupakan Hadis lemah
berdasarkan kualitas sanadnya namun ada yang lebih parah yaitu Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang dapat diambil rumusan masalah yaitu:
1.
Apa pengertian Hadis
Palsu (Hadis Maudhu’)?
2.
Bagaimana
sejarah munculnya Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)?
3.
Apakah
sebab-sebab terjadinya pemalsuan Hadis?
4.
Bagaimana usaha
ulama dalam menanggulangi Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)?
5.
Apakah ciri-ciri
Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)?
C.
Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah
dapat diambil tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.
Menjelaskan
pengertian Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’).
2.
Menjelaskan
sejarah munculnya Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’).
3.
Menjelaskan
sebab-sebab terjadinya pemalsuan Hadis.
4.
Menjelaskan usaha ulama dalam menanggulangi Hadis Palsu
(Hadis Maudhu’).
5.
Menjelaskan
ciri-ciri Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)
Hadis
Palsu (Hadis Maudhu’) secara
etimologi merupakan
bentuk isim maf’ul dari kata يضع - وضع. Kata وضع memiliki beberapa makna, diantaranya
menggugurkan, meninggalkan, dan mengada-ada/membuat-buat.[2]
Defenisi
Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’) secara terminologi adalah Hadis
yang diciptakan dan dinisbatkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya
dibuat-buat atau mengada-adakan sementara Rasulullah SAW tidak pernah
melakukan, mengatakan maupun menetapkannya.[3]
Kata-kata
yang biasa dipakai untuk Hadis Maudhu’
adalah Al-Mukthtalaqu, Al-Muhtala’u, Al-Mashnu,
dan Al-Makdzub. Kata tersebut
memiliki arti yang hampir sama. Pemakaian kata-kata tersebut adalah lebih
mengokohkan (ta’kid) bahwa Hadis
semacam ini semata-mata dusta atas nama Rasulullah SAW.[4]
B.
Sejarah Munculnya Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)
Para ulama berbeda pendapat dalam
menentukan kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadis. Diantara pendapat-pendapat
yang ada sebagai berikut:
1.
Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu
terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau beralasan dengan sebuah Hadis yang
matannya :
من كذب عليّ متعمّدا فليتبوّأ
مقعده من النّار
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, dia
telah menempah tempatnya didalam neraka”.
Menurutnya Hadis tersebut
menggambarkan kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW. telah terjadi pemalsuan Hadis.
Akan tetapi pendapat ini kurang disetujui oleh H.Mudatsir didalam bukunya Ilmu
Hadis, dengan alasan Ahmad Amin tidak mempunyai alasan secara historis,
selain itu pemalsuan Hadis dijaman Rasulullah SAW. tidak tercantum didalam
kitab-kitab standar yang berkaitan dengan Asbabul Wurud. Dan data menunjukan
sepanjang masa Rasulullah SAW. tidak pernah ada seorang sahabatpun yang sengaja
berbuat dusta kepadanya.[5]
Karena Ahmad Amin hanya berargumen melalui pemahamannya (yang tersirat) pada Hadis
tersebut, hal itu tidaklah kuat dijadikan dalil bahwa pada zaman Rasulullah SAW
telah terjadi pemalsuan Hadis. Andaikan pada masa itu sudah ada pemalsuan Hadis
maka hal yang demikian menjadi berita besar bagi para sahabat Nabi, dan ternyata
sejarah tidak mencatat peristiwa tersebut.[6]
2. Salah
al-Din al-Adlaby menyatakan bahwa
pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah kedunian telah terjadi pada masa Nabi
dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan pemalsuan Hadis berkenaan dengan
agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi. Al-Adlabi mengutip pendapat
al-Tahawy dan al-Tabrani tentang “pelamaran seorang wanita” warga Madinah.
Tetapi sesudah diteliti kualitas Hadisnya, ternyata Sanad hadisnya lemah.
Karenanya kedua riwayat tersebut tidak bisa dijadikan dalil.[7]
3.
Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak
jaman khalifah Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah
terjadinya perpecahan politik antara kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah
dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu Khawariz yang pada awalnya merupakan
pengikut Ali, namun ketika Ali menerima Tahkim
mereka malah menentang kelompok Ali dan juga Muawiyah.merekapun mulai membuat Hadis Palsu untuk mendukung kelompok
mereka masing-masing. Sebelum terjadi
pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, Hadis
masih bisa dikatakan selamat dari pemalsuan.[8]
C.
Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadis
Banyak faktor
penyebab terjadinya pemalsuan Hadis diantaranya sebagai berikut.
1.
Faktor politik
ketika awal khalifah Ali bin Abi Thalib.
Pertentangan
politik kekhalifahan yang timbul sejak akhir kekhalifahan ‘Ustman dan awal
kekhalifahan ‘Ali, merupakan sebab-sebab yang memunculkan Hadis Maudhu’. Di waktu itu timbul partai
Syi’ah dan golongan Mu’awiyyah. Dan setelah selesai perang shiffin timbul pula
golongan Khawarij. Diantara golongan-golongan tersebut , golongan Syi’ah
Rafidlah adalah yang paling banyak membuat Hadis Maudhu’. Imam Syafi’i berkata “Saya
tidak merlihat sesuatu kaum yang berani berdusta selain kaum Rafidlah”.[9]
Mereka
membuat Hadis-Hadis Maudhu’ tentang keutamaan
‘Ali dan Ahli-Bait (keluarga-keluarganya). Selain mereka membuat Hadis Maudhu’ yang isinya memuji golongannya
sendiri, mereka juga membuat Hadis Maudhu’
yang isinya menjelek-jelekkan lawannya. Seperti Hadis Maudhu’ yang dibuat Syi’ah digunakan untuk menjelek-jelekkan kaum
Mu’awiyyah,:
اذارأيتم
معا وية على منبرى فاقتلوه.
“Apabila kamu melihat golongan Mu’awiyyah berada di atas
mimbarku, maka bunuhlah”.
Juga Hadis
Maudhu’ untuk menjelek-jelekkan Abu Bakar r.a dan Umar r.a. Yang artinya : “Barang siapa yang ingin melihat Adam
tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat Nuh tentang ketakwaannya, ingin
melihat Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang
kehebatannya, ingin melihat Isa tentang ibadahnya, maka lihatlah Ali”.[10]
Pengikut
golongan lain yang merasa golongannya dihina, segera pula membalas membuat Hadis
Palsu untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepadanya.
Contoh Hadis
Maudhu’ yang diciptakan oleh golongan
yang membenarkan kekhalifahan ‘Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Ustman r.a.
ما
فى الجنة شجرة الا مكتوب على ورقة, منها لااله الله محمد رسول الله, ابوبكرن
الصدقيق ,عمرالفاروق, عثان ذوالنوترين.
“Di surga tidak terdapat satu pohonpun, selain pohon yang
daunnya ditulis dengan kalimat : La illaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Abu
Bakar As-Shiddiq, ‘Umar Al-faruq, dan ‘Usman dzun-nurain”.
Selain Hadis
Maudhu’ yang dicantumkan tadi, masih
banyak lagi Hadis-Hadis Maudhu’ yang
dari golongan Abbasiyyah dan golongan Khawarij.
Dan
begitulah sehingga muncul Hadis Palsu. Adapun dari kelompok– kelompok tersebut
kelompok Syi’ah lah yang pertama kali
memalsukan Hadis.[11]
2.
Faktor
kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama Islam.
Pihak lain yang dimaksud adalah kaum Zindiq, Yahudi, Majasi dan Nashrani.
Karena mereka tidak sanggup melawan kekuatan Islam secar terbuka, maka kaum ini
memilih jalan lain yaitu membuat Hadis Palsu untuk menjelekkan ajaran Islam.[12]
Namun pada makalah ini yang dibahas kaum Zindiq. Kaum berpura-pura memeluk agama Islam
dan membuat Hadis Palsu. Diantaranya :
“Tuhan kami turun dari langit pada
sore hari di Arafah, dengan berkendaraan unta kelabu, sambil berjabatan tangan
dengan orang-orang yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang berjalan”.[13]
Ada juga seperti “Melihat (memandang)
muka yang indah adalah ibadah”.
Contoh lain : Muhammad ibn Sa’id meriwayatkan Hadis, yang menutnya
berasal dari Anas dari Nabi SAW yang mengatakan: ”Saya adalah penutup para Nabi, tidak
ada Nabi sesudahku kecuali apabila dikehendaki Allah” . Dari Hadis Palsu tersebut ada kata “kecuali” yang mendorong adanya
Nabi Palsu.[14]
Menurut Hammad ibn Zaid, bahwa Hadis yang diPalsukan
kaum Zindiq berjumlah sekitar 12000 Hadis palu dan menurut riwayat lain
senbanyak 14000 Hadis Palsu.[15]
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat Hadis Palsu dari
kalangan kaum Zindiq. Adalah:
a.
Abdul Karim
bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 Hadis Palsu tentang hukum
halal-haram. Akhirnya dia dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman ( Walikota
Bashrah).
b.
Muhammad bin
Sa’id Al-Mashlub, yang akhirnya sibunuh oleh Abu Ja’far Al-Manshur.
c.
Bayan bin
Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin ‘Abdillah.[16]
3.
Sikap
Fanatisme Buta Terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Daerah dan Pimpinan
Contoh pemalsuan Hadis Palsu yang
dibuat oleh golongan as-Syu’ubiyah yang fanatik terhadap bangsa Persia yang
berbunyi “ Jika Tuhanmu murka, maka dia
turunkan wahyu dalam bahasa Arab dan jika dia senang maka dia turunkan wahyu
dalam bahasa Persia.”[17].
Dan timbul Hadis kebalikannya.
Ada lagi yang membuat Hadis Palsu
karena kefanatikannya terhadap imam seperti:
سيكون رجل في امتي يقال ابو حنيفة
النعمان هو نوراامتي
“Nanti akan lahir seorang laki-laki
pada umatku bernama Abu Hanifah an-Nu’man, sebagai pelita umatku.”[18]
Ada juga
seperti “Dikalangan ummatku seorang
laki-laki yang bernama Muhammad ibn Idris, dia lebih merusak terhadap ummatku
dari pada Iblis”.[19]
4.
Pembuat Cerita atau
Kisah-Kisah Agar Mendapat Simpati
Para pembuat kisah/cerita menggunakan Hadis Palsu
untuk menarik simpati para pendengarnya seperti:
“Didalam
surga itu terdapat bidadari-bidadari yang berbau harum semerbak, masa tuanya
berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka disuatu istana yang terbuat
dari mutiara putih. Pada istana itu terdapat tujuh puluh ribu papiliun yang
setiap papiliun terdapat tujuh puluh ribu kubah. Yang demikian itu tetap
berjalan selama tujuh puluh ribu tahun tanpa bergeser sedikitpun”[20]
Ada
juga seperti menjelaskan imbalan bagi yang mengucap “ laa ilaaha illallaah” yaitu : “Siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, Allah akan menciptakan
seekor burung yang mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah
menguasai tujuh puluh ribu bahasa yang memintakan ampunan baginya”[21]
5.
Mempertahankan
Mahzab Mengenai Fiqih dan Ilmu Kalam
Para pengikut mahzab fiqih dan pengikut ulama kalam,
yang bodoh dan dangkal ilmu agamanya, membuat Hadis-Hadis Palsu untuk
menguatkan paham pendirian imamnya.
Dalam
ilmu Fiqih mereka yang menganggap tidak syah shalat dengan mengangkat tangan
dikala shalat,dan menyaringkanbacaan “bismillah”
ketika membaca Al-Fatihah. membuat Hadis Palsu:
من رفع يديه في الصلاة قلا
صلاة له
“Barangsiapa
yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka tidaklah sah shalatnya”.[22]
“Jibril
telah mengimami aku (ketika shalat) di Kakbah, maka dia menghajarkan ( membaca
dengan keras) Bismillahirrahmanirrahim”[23]
Dan masih banyak lagi Hadis Palsu mengenai mahzab
tentang fiqih.
Hadis Palsu mengenai kalam seperti : ”Setiap yang ada dilangit, dibumi, dan
diantara keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan Al-Qur’an. Kelak, akan datang
kaum dari ummatku yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Oleh marena
itu, barang siapa yang mengatakan demikian, sungguh kafir terhadap Allah Yang
Maha Besar, dan tertalakklah istrinya sejak saat itu.”[24]
6.
Semangat yang
Berlebihan dalam Beribadah Tanpa Didasari Ilmu Pengetahuan
Dikalangan orang-orang zuhud atau para ahli ibadah
ada yang beranggapan bahwa membuat Hadis-Hadis yang bersifat mendorong agar
giat beribadah (targhib), atau yang bersifat
mengancam agar meninggalkan tindakan yang tidak benar (tarhib), menurut mereka diperbolehkan demi kebaikan.[25] Contoh :
“Siapa yang membaca surat
Yasin pada malam hari, maka pada pagi
harinya dia telah diampuni dari segala dosanya, dan siapa yang membaca surat
Al-Dhukkhan pada malam hari, maka pada subuhnya dia telah diampuni dari
dosa-dosanya”
7.
Mendekati Diri
pada Penguasa
Alasan membuat Hadis Palsu ini untuk menarik simpati
dan mendapat hadiah dari para khalifah. Seperti kisah Ghiyast bin Ibrahim
An-Nakha’I yang datang kepada Amirul Mukminin Al-Mahdi, yang sedang bermain
merpati. Lalu, ia menyebut hadis dengan sanad yang berurutan sampai Nabi SAW,
bahwasanya beliau bersabda, “Tidak ada
perlombaan kecuali dalam memanah, balapan unta, pacuan kuda, atau burung
merpati”. Ghiyast menambahkan Janah
(atau burung merpati). Al-Mahdi akhirnya memerintahkan untuk menyembelih
merpati tersebut, dan member hadiah pada Ghiyast sejumlah 10.000 dirham.[26]
Dari sebab-sebab diatas
terlihat bahwa ada yang bertujuan baik dan juga tidak baik. Apapun alasannya
tetap Hadis Palsu.
D.
Usaha Ulama dalam Menanggulangi Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)
1.
Memelihara sanad
Hadis.
2.
Pengklasifikasian
Hadis dalam sebuah buku tersendiri, agar tidak tercampur dengan Hadis-Hadis Maudhu’.
3.
Membuat
kaidah-kaidah untuk mengetahui kepalsuan sebuah Hadis. Kaidah-kaidah tersebut
tersusun dalam sebuah disiplin ilmu al-Jarh wa Ta’dil.
4.
Mempelajari biografi
para perawi untuk dapat mengetahui sifat-sifat para perawi, dengan begitu
dapatlah ditentukan dari siapa yang layak diambil hadisnya.[27]
5.
Di
samping itu, perlu juga upaya dari umat Islam secara keseluruhan. Paling tidak
upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari penyebar luasan Hadis-Hadis Palsu
dan mempelajari secara mendalam tentang ilmu-ilmu Hadis, agar tidak terjerumus
untuk meyakini sebuah Hadis Maudhu’[28].
E.
Ciri-Ciri Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)
Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun
Matannya. Terdapatnya lafaz “Humaira’” seperti yang tersebut
di dalam riwayat ini:
خذوا شطر
دينكم عن الحميراء
“Ambillah separuh
agama kamu daripada al-Humaira’ ”
Al-Mizzi
berkata: Setiap hadis yang menyebutkan lafaz Ya Humaira’ itu adalah Hadis Maudhu` kecuali sebuah Hadis dalam
al-Nasa’i. (al-Masnu` hal. 212).[29]
1.
Ciri-Ciri
Hadis Maudhu’ pada Sanad
1)
Jika
perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang
kebohongannya itu, tanpa seorang pun dari kalangan orang handal yang
meriwayatkannya. Para ulama akan memberi perhatian yang sangat besar untuk mengetahui
para pembohong itu dan mereka akan mengikuti dengan cermat kebohongan itu untuk
suatu Hadis.
2)
Pengakuan
perawi akan kedustaannya, seperti yang telah dilakukan oleh Abd al-Karim ibn
Abi al-‘Awja’ tentang pemalsuan empat ribu Hadis yang telah ia lakukan untuk
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Ini merupakan bukti
terkuat mengenai kepalsuan Hadis.
3)
Adanya
indikasi yang hampir sama dengan pengakuan. Misalnya, pengakuan Ma’mun bin
Ahmad al-Halawi bahwa ia pernah mendengar dari Hisyam bin ‘Ammar, lalu ditanya
oleh al-Hafidh Ibn Hibban “Kapan engkau
pergi ke Syiria?” dia menjawab : “Tahun
dua ratus lima puluh”, lalu Ibnu Hibban berkata “tapi Hisyam yang engkau mengaku meriwayatkan dari padanya itu telah
mati tahun dua ratus empat puluh lima!”.
4)
Perawi
yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri,
dan tidak ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya
dihukum palsu.
5)
Diantara
tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang
ada dalam diri perawi dan dorongan-dorongan psikologismenya. seperti yang
diungkap oleh al-Hakim dari Ssyf bin Umar al-Tamimi yang mengatakan kami sedang
berada dirumah Sa’ad ibn Tharif, ketika putranya pulang dari sekolah sambil
menangis, lalu ia bertanya : “Ada apa
denganmu?”. Ia menjawab “ aku
dipukuli oleh guru”. Ia berkata “hari
ini aku akan membuat para guru menyesal.”[30]
6)
Hadis Maudhu’ memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.
2.
Ciri-Ciri
Hadis Maudhu’ pada Matannya
1)
Susunannya
kalimatnya rancu, tidak luwes, tidak mungkin diucapkan oleh seorang yang sangat fasih seperti Nabi.
2)
Hadis
yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.
Umpamanya: “Barangsiapa memakan bawang
putih pada malam Jum’at, maka hendaklah dia masuk Neraka selama tujuh puluh
tahun.”[31]
3)
Matannya
bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.
4)
Bertentangan
dengan kaidah kedokteran.[32]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Pengertian Hadis
Palsu (Hadis Maudhu’) adalah Hadis yang diciptakan dan dinisbatkan kepada
Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan sementara
Rasulullah SAW tidak pernah melakukan, mengatakan maupun menetapkannya.
2.
Sejarah
munculnya hadis ada 3 pendapat yaitu:
1)
Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu
terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau beralasan dengan sebuah Hadis yang
matannya :
من كذب عليّ متعمّدا فليتبوّأ مقعده من النّار
“Barang
siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, dia telah menempah tempatnya
didalam neraka”. Menurutnya Hadis tersebut menggambarkan
kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW. telah terjadi pemalsuan Hadis.
2)
Salah al-Din al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis
berkenaan dengan masalah kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan
oleh orang munafik, sedangkan pemalsuan Hadis berkenaan dengan agama, pada
zaman Nabi belum pernah terjadi.
3)
Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak
jaman khalifah Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah
terjadinya perpecahan politik antara kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah
dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu Khawariz.
3.
Sebab-Sebab
Terjadinya Pemalsuan Hadis
1)
Faktor politik
ketika awal khalifah Ali bin Abi Thalib.
2)
Faktor
kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama islam.
3)
Sikap
fanatisme buta terhadap bangsa, suku, bahasa, daerah dan pimpinan.
4)
Pembuat cerita
atau kisah-kisah agar mendapat simpati.
5)
Mempertahankan
mahzab mengenai Fiqih dan Ilmu Kalam.
6)
Semangat yang
berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu pengetahuan.
7)
Mendekati para
pengusaha.
4.
Usaha Ulama
dalam Menanggulangi Hadis Palsu (Hadis
Maudhu’)
1)
Memelihara sanad
Hadis.
2)
Pengklasifikasian
Hadis dalam sebuah buku tersendiri.
3)
Membuat
kaidah-kaidah untuk mengetahui kepalsuan sebuah Hadis.
4)
Mempelajari
biografi para perawi untuk dapat mengetahui sifat-sifat para perawi
5)
Di
samping itu, perlu juga upaya dari umat Islam secara keseluruhan.
5.
Hadis
Maudhu’ bisa dikenali dari
tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun Matannya. Terdapatnya
lafaz
“Humaira”
6.
Ciri-Ciri
Hadis Maudhu’ pada Sanad
1)
Perawi
itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang
kebohongannya
2)
Hadis
yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.
3)
Adanya
indikasi yang hampir sama dengan pengakuan.
4)
Perawi
yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri,
dan tidak ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya
dihukum palsu.
5)
Diantara
tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang
ada dalam diri perawi dan dorongan-dorongan psikologismenya.
6)
Hadits maudhu memang yang paling banyak
tidak memiliki sanad.
7.
Ciri-Ciri
Hadis Maudhu’ pada Matan
1)
Susunannya
kalimatnya rancu.
2)
Hadis
yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.
3)
Matannya
bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.
4)
Bertentangan
dengan kaidah kedokteran.
B.
SARAN
Kita mestilah berhati-hati dalam menerima sesuatu
hadis. Jangan sampai kita tergolong dalam kalangan pereka-pereka hadis atau
menerima apa saja dengan memejam mata. Apa lagi hadis yang zahirnya kelihatan
memuji kedudukan sahabat tetapi sebaliknya mengandungi benih-benih penghinaan
terhadap mereka. Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua.
DAFTAR
RUJUKAN
1. Mukarom Faisal Rosidin Sugiyono. Hadis 1 untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Program Keagamaan, (Solo: PT Wangsa Jatra Lestari, 2012). hlm 2.
2. Harun Al Rasyid. Pegertian
Hadis Palsu (Hadis Maudhu’). (http://harunrazor.blogspot.co.id/2011/05/pengertian-hadits-palsu-hadits-maudhu.html). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
3. Nawir Yuslem. Ulumul
Hadis.( Jakarta : PT. Mutiara Sumber
Widya, 2003). hlm 298 – 313.
4. Agus Solahudin, Agus Suyadi. Ulumul Hadis. (Bandung: Pustaka Setia, 2008). hlm 170 – 181.
5. Dede KS,dkk. Hadits
Maudhu (Hadis Palsu) (https://t4f5.wordpress.com/2009/01/25/hadits-maudhu-hadits-palsu/). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
6. Askolan Lubis. Diktat
Ilmu Hadis.(Medan:IAIN Sumatera Utara, 2007). hlm 45 – 48.
7. Nofita Sari. Hadits Palsu dan Sejarah Munculnya (http://arsitekhijrah.blogspot.co.id/2012/03/hadits-palsu-dan-sejarah-munculnya.html). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
8. Muhammad Syariyansah. Makalah
Hadis Maudhu’ (http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/12/makalah-hadits-maudhu.html). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
9. Achmad Siddiq An-Nur . Hadis Palsu dan Sejarah Munculnya. (http://arsitekhijrah.blogspot.co.id/2012/03/hadits-palsu-dan-sejarah-munculnya.html). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
10.
Muhammad Hanief Awang Yahaya. Ciri-Ciri Hadis Palsu: Hadis Yang
Menggunakan Lafaz Al-Humaira`. (http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/hadis-online/lanjutan/hadits-dhaif-dan-maudhu/ciri-ciri-hadis-palsu-hadis-yang-menggunakan-lafaz-al-humaira.html).
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
11. Mohd Yaakub bin Mohd Yunus . Ciri-Ciri
dan Asal Usul Hadis Palsu. (http://akob73.blogspot.co.id/2009/04/ciri-ciri-dan-asal-usul-hadis-palsu.html). Diakses pada hari Minggu 02
Oktober 2016.
[1] Mukarom Faisal Rosidin Sugiyono.
Hadis1 untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Program Keagamaan, (Solo: PT Wangsa Jatra Lestari, 2012). hlm 2.
[2] Harun Al Rasyid. Pegertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
(http://harunrazor.blogspot.co.id/2011/05/pengertian-hadits-palsu-hadits-maudhu.html). Diakses pada hari Minggu 02
Oktober 2016.
[3] Nawir Yuslem. Ulumul Hadis.( Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya, 2003). hlm 298.
[4] Agus Solahudin, Agus Suyadi. Ulumul Hadis. (Bandung: Pustaka Setia, 2008). hlm 170.
[5]Dede KS,dkk. Hadits Maudhu (Hadis Palsu) ( https://t4f5.wordpress.com/2009/01/25/hadits-maudhu-hadits-palsu/).
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
[6]Nawir Yuslem.Op-cit. hlm 302.
[7] Askolan Lubis. Diktat Ilmu Hadis.(Medan:IAIN Sumatera Utara, 2007). hlm 45.
[8]Nofita Sari. Hadits
Palsu dan Sejarah Munculnya ( http://arsitekhijrah.blogspot.co.id/2012/03/hadits-palsu-dan-sejarah-munculnya.html).
Dakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
[9]Harun Al Rasyid. Op-cit.
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
[10]Agus Solahudin, Agus Suyadi.Op-cit. hlm 177.
[11]Nawir Yuslem.Op-cit. hlm 306.
[12]Agus Solahudin, Agus Suyadi. Op-cit.
hlm 178.
[13]Muhammad Syariyansah. Makalah Hadis Maudhu’ (http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/12/makalah-hadits-maudhu.html). Diakses pada hari Minggu 02
Oktober 2016.
[14]Nawir Yuslem. Op-cit. hlm 308.
[15]Nawir Yuslem. Op-cit.
hlm 308.
[16]Agus Solahudin, Agus Suyadi. Op-cit.
hlm 179.
[19]Nawir Yuslem. Op-cit. hlm 310.
[20]Harun Al Rasyid. Op-cit.
Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
[21] Nawir Yuslem. Op-cit.
hlm 311.
[22] Agus Solahudin, Agus Suyadi. Op-cit.
hlm 180.
[23] Nawir Yuslem. Op-cit.
hlm 312.
[24] Agus Solahudin, Agus Suyadi. Op-cit.
hlm 180.
[25] Nawir Yuslem. Op-cit.
hlm 313.
[26] Agus Solahudin, Agus Suyadi. Op-cit.
hlm 181.
[27] Askolan Lubis. Op-cit.. hlm 48.
[28]
Achmad
Siddiq An-Nur . Hadis
Palsu dan Sejarah Munculnya.
(http://arsitekhijrah.blogspot.co.id/2012/03/hadits-palsu-dan-sejarah-munculnya.html). Diakses pada hari Minggu 02
Oktober 2016.
[29]Muhammad Hanief Awang Yahaya. Ciri-Ciri Hadis Palsu: Hadis Yang
Menggunakan Lafaz Al-Humaira`. (http://www.darulkautsar.net/darulkautsar-net/hadis-online/lanjutan/hadits-dhaif-dan-maudhu/ciri-ciri-hadis-palsu-hadis-yang-menggunakan-lafaz-al-humaira.html). Diakses pada hari Minggu 02
Oktober 2016.
[31]Mohd Yaakub bin
Mohd Yunus . “Ciri-Ciri dan Asal Usul Hadis Palsu”. (http://akob73.blogspot.co.id/2009/04/ciri-ciri-dan-asal-usul-hadis-palsu.html). Diakses pada hari Minggu 02 Oktober 2016.
[32] Askolan Lubis. Op-cit. hlm 47.
Komentar
Posting Komentar